Muka-muka puak Wahhabi di Malaysia
Sejarah Wahabi di Arab Saudi
Aliran Wahhabi ini sebenarnya didedikasikan kepada nama pengasasnya, iaitu Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir di Najed pada tahun 1111 H sampai 1699 M. Pada mulanya dia merupakan seorang pedagang dengan aktivitinya berpindah dari satu negara ke negara yang lain untuk berniaga. Di antara beberapa buah negara yang sudah pernah disinggahinya ialah Syam (skrg Syria), Iran, Baghdad dan India.
Hadits riwayat Imam Bukhari tentang nubuwwah akhir zaman, Nabi saw secara khusus ada menyebutkan bahawa dari Bani Tamim, suku Muhammad bin Abdul Wahhab itu berasal, akan muncul sekelompok kaum Khawarij yang ibadahnya sangat hebat dan rajin membaca Al Qur’an (Ibnu Muljam, yang membunuh Sayyidina Ali Bin Abi Thalib juga hafal Al-Qur'an), namun mereka sebanarnya tidak memahami isi al-Qur'an - semuanya terbatas sekadar di kerongkongan mereka saja.
Telah diriwayatkan kepada kami oleh Abu Al-Yaman kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata dia, telah dikatakan kepadaku Abu Salamah bin Abdur-Rahman bahawa Abu Sa’id Al Khudriy r.a berkata; ketika kami sedang bersama Rasulullah saw yang sedang membagi-bagikan (harta), kemudian datanglah Dzul Khuwaishirah, laki-laki dari Bani Tamim lalu berkata; Wahai Rasulullah saw, tolong berlaku adillah engkau.
Maka baginda berkata: Celaka kamu! Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak dapat berbuat adil. Sungguhlah kamu telah mengalami keburukan dan juga kerugian yang amat besar jika aku tidak berbuat adil.
Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah saw, izinkanlah aku untuk memenggal batang lehernya! Rasulullah saw berkata: Biarkanlah dia, karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh solatnya dibandingkan solat mereka, puasanya dibandingkan dengan puasa mereka. Mereka membaca Al-Qur’an, akan tetapi tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesetnya anak panah dari sasaran (haiwan buruan). (H.R. Bukhari 3341)
Semenjak tahun 1125 H/1713 M pada awal sejarah lahirnya Wahhabi di Arab Saudi, dia mula terpengaruh seorang orientalis Inggeris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai seorang mata-mata dari Inggeris yang ada di Timur Tengah. Pada saat itulah, Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi alat untuk Inggeris dalam menyebarkan ajaran yang barunya. Sebenarnya Inggeris sendiri memang sudah berhasil untuk membangun berbagai sekte juga merupakan ajaran agama baru tepatnya di tengah-tengah dunia Islam seperti Baha’i dan Ahmadiyah. Di samping itu, Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri termasuk sasaran daripada program kerja kaum kolonial, yakni termasuk aliran Wahhabi ini.
Awalnya Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai tokoh Wahhabi yang utama hidup pada lingkungan sunni sebagai pengikut dari mazhab Hanbali, termasuk ayahnya, Syeikh Abdul Wahhab sebagai seorang sunni yang begitu baik serta guru-gurunya. Akan tetapi, sejak awal ayah beserta guru-gurunya memiliki firasat buruk tentang Muhammad bin Abdul Wahhab ini bahawa dirinya akan sesat serta bakal menyebarkan kesesatannya. Tidak hanya itu saja, mereka telah berpesan kepada orang ramai agar berhati-hati dengannya. Namun, ia tidak perlu makan waktu yang , akhirnya firasat tersebut pun terbukti benar.
Sesudah hal tersebut terbukti, maka ayahnya pun memberi peringatan dan menentang. Di samping itu, abang kandungnya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahhab sebagai ulama besar daripada mazhab Hanbali menulis buku bantahan yang berjudul “As Sawaiquillahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah”. Tak ketinggalan juga salah seorang daripada gurunya yang ada di Madinah, yakni Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi as-Syafii, telah menulis surat yang isinya tentang nasihat, di mana beliau menasihati Muhammad bin Abdul Wahhab agar menjaga lisannya dalam mengkafirkan kaum Islam dan menyuruhnya untuk mengajarkan kebenaran!
Salah satu ajaran yang telah diyakini Muhammad bin Abdul Wahhab, iaitu mengkufurkan kaum Islam sunni yang mengamalkan ziarah kubur, tawwassul, maulid Nabi Muhammad saw dan sebagainya. Beragam dalil yang telah disampaikan oleh ahlus-sunnah wal jamaah berhubung dengan hal ziarah kubur, tawasul dan maulid yang ditolak dengan tanpa alasan yang bisa diterima. Tidak hanya itu saja, justru dia pun berbalik telah mengkafirkan para kaum muslimin semenjak 600 tahun sebelumnya, bahkan gurunya sendiri. Meskipun orang-orang yang di sekelilingnya sudah banyak menasihatinya, namun dia tak menerima pakai nasihat-nasihat tersebut. Maka dari sinilah muncul sejarah Wahhabi dalam agama Islam di mana telah banyak mempengaruhi umat Muslim.
Salah satu daripada pengikutnya, iaitu penguasa Dariyah, yakni Muhammad bin Saud yang meninggal pada tahun 1278 H/1765 M meyakni seorang pengasas dari dinasti Arab Saudi, (di mana kemudian hari telah menjadi mertuanya). Sedari awal, Muhammad bin Abdul Wahhab begitu cukup gemarr mempelajari berbagai macam sejarah nabi-nabi yang palsu, yakni Tulaihah Al-Asadiy, Asad Al-Ansiy, Musailamah Al-Kadzdzab dan sebagainnya. Sementelah dia sendiri pun memiliki keinginan untuk mengaku nabi sebab dia menyebut pengikut-pengikut yang ada di daerahnya denganjulukan Al-Anshar, sementara pengikutnya yang ada di luar daerah telah dinamakan Al-Muhajirin.
Di mana jika seseorang itu hendak menjadi pengikutnya maka dia mesti mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapannya lalu wajib mengakui sebelum memasuki doktrin Wahhabi bahawa dirinya itu adalah musyrik, sama halnya terhadap kedua orang tuanya. Sejak itu, sampai kini fahaman yang bernama Wahhabi itu mulai mengendalikan sistem pemerintahan Arab Saudi. Bahkan tidak lama kemudian pengaruh daripada gerakan Wahhabi pun segera bersifat global. Bahkan pihak berkasa Riyadh sendiri pun telah mengeluarkan jutaan dolar USD setiap tahun demi menyebarkan ideologi atau faham Wahhabi ini.
Di Indonesia sendiri yang asalnya medan penganut mazhab Syafi'i juga tidak luput daripada terkait fitnah akhir zaman dari golongan Wahhabi. Di mana banyak tokoh Wahhabi Indonesia beserta ajarannya telah cukup untuk meresahkan kaum muslimin di sana. Kebelakangan ini pun Khalid Basalamah dan Abu Aqila yang tegas membuat fitnah terhadap Syaikh Al-Azhar, Mesir.
Di samping itu, kaum Wahhabi pun tidak pernah menghargai berbagai peninggalan sejarah umat Islam serta tidak menghormati ajaran agama Islam. Bahkan semula kubah hijau atau Al-Qubbatul Khadra sebagai tempat Rasulullah saw dimakamkan pun hendak dihancurkan lalu diratakan menggunakan tanah. Itulah ulasan mengenai sejarah Wahhabi di Arab Saudi dari Muhammad bin Abdul Wahhab.